Kampung Kubang, Kabupaten Garut (Part 2)
Setibanya di rumah Nini Roby, kami tidak sabar mencari spot yang nyaman dan segera berbaring untuk menghilangkan lelah. Setelah lelah cukup hilang, kami segera menuju ke kolam pemancingan ikan dibelakang rumah. Ada dua kolam disana, kedua ukurannya cukup besar. Umpanpun juga sudah disediakan sebelumnya, campuran antara mie kering, kuning telur, dan sedikit kami tambahkan sosis (tinggal lepp, yang kami bawa dari Kota). Sayangnya setelah 1 jam kami memancing ikan yang didapat hanya 2 yang berukuran besar, sedangkan yang lain kebanyakan masih kecil dan terpaksa kami kembalikan ke kolam, walaupun sebenarnya tidak tega karena mulutnya pasti sudah terlukai kail pancing. Tidak lama kemudian, makananpun datang menyambut, ikan goreng, sambal hijau, dan nasi liwet. Lahap sekali makan kami waktu itu, setelah berjalan mendaki selama 3 jam.
Perut kenyang, cuaca dingin dan udara yang sejuk sangat mendukung kami untuk melanjutkan tidur siang. Hanya saya, roby, dan yovan yang tidak tidur saat itu. Kamipun berencana untuk berjalan-jalan keliling kampung dan mencari obyek foto yang bagus. Saat gerimis reda, kami bertiga + Yunus yang sudah bangun pergi menuju ke sawah dan perkebunan jagung. Pemandangannya cukup indah disana. Jalan-jalan berlanjut menuju saung diujung bukit, yang ternyata juga merupakan ujung dari Kampung Kubang itu. Jika kita berteriak keras, suara akan kembali dipantulkan oleh dinding dari bukit diseberangnya. Ketika sedang menikmati pemandangan, tiba-tiba ada suara nguing-nguing yang cukup mengganggu. "Eh! kayaknya suara tawon tuh!" seru Yunus. "Manaa? gak ada, gak kedengeran." jawab saya tidak percaya. Benar ternyata tawon besar menuju kearah kami. Spontan kami bertiga berlari menjauhi saung tersebut dan meninggalkan Yovan yang sedang asyik memotret ilalang. "Yoovv kita duluan yaa! Lo bisa pulang kaan?" teriak Roby tanpa mempedulikan apakah Yovan mendengarkan atau tidak.
Matahari hampir terbenam, kami berkumpul di balkon dipinggir kolam ikan. "Nggak kerasa ya baru jam segini, kok waktu kerasanya lama" seru salah seorang teman. "Karena kita menikmati kali ya jadi gak kerasa?" celetuk saya saat itu. Tiba-tiba Acong berkomentar "Waktu itu gak ada kali, selama ini cuma dijadikan kambing hitam oleh manusia". "Wadududuuh, Pak Sutradara mulai beraksi nih." Seru Roby meledek Acong. "Seriuss. waktu itu kan sebenarnya gak ada, cuma rekayasa manusia aja, yang ada hanya siang, malam, waktu semuanya alat ukur yang direkayasa." tambah Acong meyakinkan. Tiba-tiba Yovan "Wah salah sudut pandang lu, cong. Waktu itu dasar banget dari segala penelitian, setiap penelitian itu harus terukur, salah satu yang mendukungnya ya waktu itu, ...... (dan argumentasi lainnya yang saya tidak ingat)." Langitpun mulai gelap dan gerimis semakin deras ketika makan sore diantarkan. Kami kembali masuk ke dalam rumah untuk santap malam.
Pukul 8.30 semua sudah berada dalam posisi berbaring didepan TV dengan selimutnya masing-masing. Lelah dan dingin. Padahal tadi siang kami begitu bersemangat untuk menikmati malam diluar dengan api unggun dan cerita-cerita seru dari masing-masing kami, serta menikmati mie rebus ditengah dinginnya malam di gunung. Satu persatu mulai tidur, dan yang lainnya menonton Spiderman di salahsatu TV swasta malam itu.
Pukul 07.00 barulah semua lengkap sudah bangun dan bergegas sarapan. Pagi itu menu masih sama degan semalam, ikan goreng, ikan asin, dan sambal ijo. Setelah makan kami bermain kartu werewolf dan berbincang seru untuk saling menebak siapakah werewolf disetiap permainannya, dan bagaimana berargumentasi agar tidak tertebak sebagai werewolf-nya. Pagi itu kami berencana untuk makan di saung diujung bukit, karena belum semua dari kami yang pergi kesana. Tapi karena hujan justru semakin deras ketika Jam 10.00, kami malah ditawari untuk makan kembali. Menu kali ini bukan lagi ikan hasil tangkapan di kolam, melainkan ayam goreng tepung. (Waah nikmat sekali rasanya, seperti sudah makan ikan seminggu berturut-turut kemudian ditawarkan makanan lain yang lebih nikmat).
to be continue..
Perut kenyang, cuaca dingin dan udara yang sejuk sangat mendukung kami untuk melanjutkan tidur siang. Hanya saya, roby, dan yovan yang tidak tidur saat itu. Kamipun berencana untuk berjalan-jalan keliling kampung dan mencari obyek foto yang bagus. Saat gerimis reda, kami bertiga + Yunus yang sudah bangun pergi menuju ke sawah dan perkebunan jagung. Pemandangannya cukup indah disana. Jalan-jalan berlanjut menuju saung diujung bukit, yang ternyata juga merupakan ujung dari Kampung Kubang itu. Jika kita berteriak keras, suara akan kembali dipantulkan oleh dinding dari bukit diseberangnya. Ketika sedang menikmati pemandangan, tiba-tiba ada suara nguing-nguing yang cukup mengganggu. "Eh! kayaknya suara tawon tuh!" seru Yunus. "Manaa? gak ada, gak kedengeran." jawab saya tidak percaya. Benar ternyata tawon besar menuju kearah kami. Spontan kami bertiga berlari menjauhi saung tersebut dan meninggalkan Yovan yang sedang asyik memotret ilalang. "Yoovv kita duluan yaa! Lo bisa pulang kaan?" teriak Roby tanpa mempedulikan apakah Yovan mendengarkan atau tidak.
Matahari hampir terbenam, kami berkumpul di balkon dipinggir kolam ikan. "Nggak kerasa ya baru jam segini, kok waktu kerasanya lama" seru salah seorang teman. "Karena kita menikmati kali ya jadi gak kerasa?" celetuk saya saat itu. Tiba-tiba Acong berkomentar "Waktu itu gak ada kali, selama ini cuma dijadikan kambing hitam oleh manusia". "Wadududuuh, Pak Sutradara mulai beraksi nih." Seru Roby meledek Acong. "Seriuss. waktu itu kan sebenarnya gak ada, cuma rekayasa manusia aja, yang ada hanya siang, malam, waktu semuanya alat ukur yang direkayasa." tambah Acong meyakinkan. Tiba-tiba Yovan "Wah salah sudut pandang lu, cong. Waktu itu dasar banget dari segala penelitian, setiap penelitian itu harus terukur, salah satu yang mendukungnya ya waktu itu, ...... (dan argumentasi lainnya yang saya tidak ingat)." Langitpun mulai gelap dan gerimis semakin deras ketika makan sore diantarkan. Kami kembali masuk ke dalam rumah untuk santap malam.
Pukul 8.30 semua sudah berada dalam posisi berbaring didepan TV dengan selimutnya masing-masing. Lelah dan dingin. Padahal tadi siang kami begitu bersemangat untuk menikmati malam diluar dengan api unggun dan cerita-cerita seru dari masing-masing kami, serta menikmati mie rebus ditengah dinginnya malam di gunung. Satu persatu mulai tidur, dan yang lainnya menonton Spiderman di salahsatu TV swasta malam itu.
Pukul 07.00 barulah semua lengkap sudah bangun dan bergegas sarapan. Pagi itu menu masih sama degan semalam, ikan goreng, ikan asin, dan sambal ijo. Setelah makan kami bermain kartu werewolf dan berbincang seru untuk saling menebak siapakah werewolf disetiap permainannya, dan bagaimana berargumentasi agar tidak tertebak sebagai werewolf-nya. Pagi itu kami berencana untuk makan di saung diujung bukit, karena belum semua dari kami yang pergi kesana. Tapi karena hujan justru semakin deras ketika Jam 10.00, kami malah ditawari untuk makan kembali. Menu kali ini bukan lagi ikan hasil tangkapan di kolam, melainkan ayam goreng tepung. (Waah nikmat sekali rasanya, seperti sudah makan ikan seminggu berturut-turut kemudian ditawarkan makanan lain yang lebih nikmat).
to be continue..
Komentar
btw, salam kenal.
menarik memang berlibur ke tempat2 indah di Indonesia, tidak perlu mahal keluar negeri untuk sebuah pemandangan yang indah, hehe.