Film Review: Life of Pi

Haloo, sudah lama sekali rasanya tidak menyentuh blog ini dengan postingan menyampah ataupun sedikit berisi. Sebelum kembali dengan post yang agak berisi mungkin ada baiknya diawali dulu dengan cerita yang agak santai. Kamis 6 Desember kemarin saya bolos bekerja dan akhirnya randomly, ke Ciwalk dan nonton Live of Pi. Pagi harinya saya sempat menonton berita yang mereview film itu sebagai film animasi terbaik yang dibuat oleh Asia dan waktu pembuatannya selama kuranglebih 4 tahun dengan setting di ruangan studio 3D. (Cool ya?)

Piscine Molitor Patel seorang pemuda India yang akrab dipanggil "Pi" (baca: Phai). Ayah Pi memberikan nama tersebut karena terinspirasi dari nama kolamrenang terbaik di dunia yang berada di Paris, Perancis saat itu yang direkomendasikan oleh sahabat ayahnya yang merupakan perenang handal. Setiap pergantian sekolah Pi selalu mengalami kesulitan untuk menjelaskan namanya agar tidak dicemooh. Karena pada masa itu "Piscine" justru dikenal sebagai sebuah lokasi yang menjadi lokasi pembuangan umum terbesar di India. Hingga akhirnya pada perkenalan dikelas-kelas berikutnya Pi memiliki ide untuk memperkenalkan dirinya sendiri didepan kelas dengan panggilan "Pi" yang justru artinya adalah "Phi" dalam matematika yang bernilai 3,14.....

Ayah Ibu Piscine memiliki kebun binatang di Pondicherry, India, sehingga membuat mereka sekeluarga mengenali ragam macam binatang dan mengenali sifat-sifatnya. Pi dalam cerita ini digambarkan sebagai seorang anak yang selalu ingin tahu. Bersama kakaknya ia selalu mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukannya. Pi menganut agama Hindu sejak kecil, sesuai ajaran keluarganya. Namun suatu hari ketika Pi bermain dengan kakaknya ia merasa tertarik untuk datang ke Gereja dan menanyakan banyak hal kepada pendeta sehingga akhirnya iapun menganut Kristen, namun tidak meninggalkan kepercayaannya kepada Dewa Wisnu. Satu hal yang membuatnya tertarik untuk masuk Kristen pada saat itu adalah ajaran mengenai "mengorbankan diri untuk kesalahan orang lain demi baktinya kepada Tuhan". Tidak lama setelahnya Pi juga menganut Agama Islam dan menjalankan sholat. Ia selalu merasa tenang setiap ia melaksanakan sujud dalam sholatnya dan mendengarkan kalimat panggilan Sholat. Keluarganya memaklumi saat itu karena merasa Pi masih anak-anak dan dalam masa pencarian Tuhannya.Yang dia inginkan saat itu hanya memberikan cintanya pada Tuhan dan Ia mendapat manfaat dari masing-masing agama yang ia anut.


Suatu hari, ayahnya mengatakan bahwa pemerintah India tidak lagi dapat membiayai Kebun Binatang milik keluarga mereka sehingga mereka harus meninggalkan India dan pindah ke Kanada. Mereka membawa seluruh binatang yang dimiliki menggunakan kapal umum milik Jepang bersama penduduk lainnya yang juga ingin ke Kanada. Diperjalanan terjadi badai yang sangat besar yang akhirnya menenggelamkan kapal yang mereka tumpangi berikut hewan-hewan peliharaan mereka dan keluarga Pi seluruhnya. Hanya Pi, seekor Zebra, Orangutan, dan hyena yang selamat dan berlayar menggunakan sekoci ditengah badai tersebut. Pi menangis sedih saat itu dan meminta maaf pada keluarganya karena tidak sempat menyelamatkan mereka. Dari kejauhan Pi melihat sesosok bayangan yang ingin tenggelam, iapun menolongnya menggunakan dayung. Namun setelah mendekat ternyata itu seekor harimau Bangli yang buas. Dan tiba-tiba ia mengingat pesan ayahnya bahwa ia tidak akan selamat jika didekati oleh harimau tersebut. Harimau itu bernama Richard Parker.

Diperjalanan, Hyena yang kelaparan selalu berusaha memangsa siapapun yang ada didekatnya hingga semuanya mati, dan tersisa Pi dan Richard Parker, dengan sebelumnya Richard juga menggigit Hyena. Karena takut menjadi santapan Richard berikutnya Pi pun berpikir untuk mendirikan perahu rakit darurat dengan menggunakan beragam peralatan yang ada di sekoci, pelampung, dayung, jaring, dan lainnya. Untungnya sekoci darurat menyediakan makanan dan minuman emergency serta buku panduan "How to survive in the sea" sehingga Pi masih dapat bertahan hidup pada hari-hari pertama. Ia menghabiskan waktunya dengan mencoba tips-tips menjinakkan hewan buas sesuai di buku panduan tersebut serta menuliskan segala kejadian yang ia alami di buku tersebut dengan sebuah pensil yang juga tersedia disana.(kalau di Indonesia tampaknya sekoci darurat kelayakannya patut dipertanyakan, apalagi ketersediaan bahan makanan yang disimpan didalamnya).

Hari demi hari berlalu, Pi selalu yakin bahwa Richard suatu hari akan menjadi baik kepadanya dan tidak lgi menyerang, sehingga ia terus berusaha untuk menjinakkannya. Suatu ketika terdapat ribuan ikan terbang yang berbondong-bondong melalui perahu mereka, inilah juga yang dapat membantu cadangan makanan mereka setelah bahan makanan yang dimiliki Pi di perahu rakitnya tenggelam karena diterjang ombak. Akhirnya Pi berpikir "hewan ini memang buas dan tidak akan jinak, tetapi pasti ia masih bisa dilatih".

Tiba-tiba badai yang sangat besar terjadi, ombak dan angin mengguncang sekoci mereka, namun Pi justru menyukai hal itu. Dengan badai tersebut ia merasakan keberadaan dan kehebatan Tuhan. Ia juga berkata "Tuhan, apalagi yang ingin kau ambil dariku, aku sudah tidak mempunyai apa-apa saat ini". Ia pun menunduk dan berkata "Sekarang aku siap untuk kau ambil, dan aku senang karena akan segera berkumpul dengan ayah, ibu dan Ravi".

Ombakpun akhirnya membawa sekoci mereka sampai disebuah pulau tak berpenduduk. Pi sangat bahagia karena dapat memakan rumput laut, ketela, dan menemukan air bersih untuk diminum.Dua hari mereka menginap disana dan baru menyadari ternyata pulau ini merupakan pulau yang berbahaya karena keramahannya diwaktu siang, namun berubah menjadi asam di malam hari. Merekapun akhirnya melanjutkan pelayaran dengan membawa perbekalan untuk Pi dan Richard. Hingga akhirnya perahu mereka berlabuh di Mexico dan mereka berdua berpisah. Pi menangis saat itu, bukan karena ia bersedih karena ditemukan oleh para warga, tetapi bersedih karena kebersamaannya selama ini dengan Richard Parker tidak membuat Richard ingin bersamanya, justru meninggalkannya dengan masuk ke hutan.

Ketika ia dirawat di Mexico, ia didatangi oleh perwakilan kapal Jepang yang menanyakan mengapa kapal tersebut bisa tenggelam padahal kapal itu kokoh. Pi pun menceritakan pengalamannya selama 227 hari diperjalanan. Namun mereka tidak percaya dan terus menanyakan mengapa kapal tersebut tenggelam. Akhirnya Pi pun menceritakan ulang dengan cerita bohong, dan mereka baru mempercayainya. (end).

Film ini beralur mundur dengan setting awal Pi yang bertemu dengan penulis asal Kanada yang tertarik untuk membuat cerita tentang perjalanan Pi yang sulit untuk dipercaya. Awalnya saya kurang menyukai film ini karena terasa monoton dan terlalu lama. Makna yang dapat diambil juga hanya "struggling", Bagaimana kita dapat menerima apa yang terjadi saat ini tapi tidak menyerah untuk tetap melanjutkannya. Saya rasa makna ini cukup umum. Tetapi karena yang lain berpendapat film ini bagus, saya jadi berpikir ulang dan mencoba menuliskan review-nya. Ternyata benar, makna yang dibawa walaupun kecil tapi cukup mendalam. Ada satu quotes yang berbeda dari pemahaman saya selama ini, Pi sempat berkata  
"Terimalah apa yang sudah diberikan kepada kita tanpa perlu tahu apa hikmah dibaliknya".



Komentar

Postingan Populer