Accumulative Thinker
"Mbak Debby, tipe yang accumulative thinker. Kalau melakukan keputusan, harus berdasarkan data dan fakta yang banyaakk dulu, baru bisa. Gak bisa tuh jawab cepet, harus tanya sana-sini dulu. Katanya sih agak plin-plan. Yaah walaupun bukan plin-plan bohongan. (a.k.a beneran plin-plan -_-")
"Bener gak saya?". sambil mikir, sayapun manggut, mengaku benar. "Kalau jadi temannya kalau diajak belanja, bawa snack yang banyak ya! Karena anak ini kalau belanja pasti lama. Dia akan sangat mencari barang yang benar-benar dia suka. Kalau jadi pacarnya juga, sabar ya! Hahaa."
Namanya Pak Teguh Juliandru, seorang kepala sekolah swasta di Bandung, alumni MS 1997 ITB. Beliau belajar grafologi sejak 2003 lalu. Diacara IMNOFEST I3M tadi siang, beliau membaca tulisan saya di kertas yang ia minta sebelumnya. Kemudian langsung dia menilai bagaimanakah tipe saya sebenarnya.
Bener sih, kalau dipikir-pikir. Saya lambat kalau menentukan keputusan, tapi hanya yang berhubungan dengan diri sendiri. Terutama jika keputusan itu berdampak panjang pada kehidupan saya berikutnya. Contohnya seperti penentuan fast track. Untuk menentukan "Lanjut atau Tidak" saya harus melakukan survei ke banyak orang. Mungkin sekitar 10 orang yang saya tanyakan pada saat itu. Hemm.
Terakhir, Pak Teguh berpesan: "Kamu harus berani mengambil keputusan yang sebenarnya kamu gak nyaman dengan hal itu dek."
Terimakasih pak, semoga dengan tau ini saya bisa mengurang "pemikiran panjang dan lambat" saya selama ini, agar tidak lagi jadi anak yang plin-plan. :)
"Bener gak saya?". sambil mikir, sayapun manggut, mengaku benar. "Kalau jadi temannya kalau diajak belanja, bawa snack yang banyak ya! Karena anak ini kalau belanja pasti lama. Dia akan sangat mencari barang yang benar-benar dia suka. Kalau jadi pacarnya juga, sabar ya! Hahaa."
Namanya Pak Teguh Juliandru, seorang kepala sekolah swasta di Bandung, alumni MS 1997 ITB. Beliau belajar grafologi sejak 2003 lalu. Diacara IMNOFEST I3M tadi siang, beliau membaca tulisan saya di kertas yang ia minta sebelumnya. Kemudian langsung dia menilai bagaimanakah tipe saya sebenarnya.
Bener sih, kalau dipikir-pikir. Saya lambat kalau menentukan keputusan, tapi hanya yang berhubungan dengan diri sendiri. Terutama jika keputusan itu berdampak panjang pada kehidupan saya berikutnya. Contohnya seperti penentuan fast track. Untuk menentukan "Lanjut atau Tidak" saya harus melakukan survei ke banyak orang. Mungkin sekitar 10 orang yang saya tanyakan pada saat itu. Hemm.
Terakhir, Pak Teguh berpesan: "Kamu harus berani mengambil keputusan yang sebenarnya kamu gak nyaman dengan hal itu dek."
Terimakasih pak, semoga dengan tau ini saya bisa mengurang "pemikiran panjang dan lambat" saya selama ini, agar tidak lagi jadi anak yang plin-plan. :)
Komentar