DKI Jakarta Pilih Siapa?

Dikutip dari: DKI Bersiap Memilih Pemimpin (metrotvnews.com; Jumat 11 Mei 2012)


Pilkada DKI Jakarta menarik karena memiliki banyak dimensi. Daerah khusus kota ini sangat unik karena Jakarta adalah ibu kota negara. Semua perhatian masyarakat baik Indonesia maupun dunia tertuju kepada dinamika yang terjadi di kota ini. Sebagai ibu kota negara, Jakarta merupakan melting pot. Semua suku yang ada, berkumpul menjadi satu di Jakarta. Bahkan dengan globalisasi, Jakarta bukan lagi tempat mengadu nasib bagi warganegara Indonesia saja, tetapi seluruh masyarakat dunia. (Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, Suryopratomo, 2012)

Potensi yang dimiliki Jakarta memang luar biasa. Sebagian besar uang yang berputar ada di Jakarta. Daya beli masyarakatnya pun begitu besarnya, sehingga bisnis apa pun di Jakarta berpotensi untuk bisa berkembang dengan pesatnya. Dengan perannya yang seperti itu, Jakarta harus menjadi model kemajuan Indonesia. Bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga secara sosial dan politik. Jakarta tidak boleh terjebak dalam primordialisme, tetapi justru menjadi model Indonesia yang modern, yang lepas dari sekat-sekat.

Kita merasa prihatin dengan ke-Indonesia-an yang terkotak-kotak. Sejak ada otonomi daerah, yang muncul bukan penguatan daerah karena dipimpin orang-orang yang peduli akan kemajuan daerah tempatnya tinggal, tetapi justru membawa kita mundur lagi jauh ke belakang. Setelah otonomi daerah muncul semangat putera asli daerah. Padahal setelah Sumpah Pemuda seharusnya kita berjalan untuk meninggalkan "kekamian" dan mengubahnya menjadi "kekitaan". Indonesia seharusnya dibangun bukan oleh putera daerah yang hanya berdasarkan darah, tetapi putera daerah yang peduli akan kemajuan daerah tempat ia tinggal. Komitmen, kompetensi, integritas pemimpin jauh lebih penting daripada urusan primordialisme. Tantangan yang harus dihadapi Jakarta ke depan tidaklah ringan. Persoalan kemacetan, banjir, keamanan, ruang publik yang hijau, transportasi umum, hingga pembangunan infrastruktur merupakan masalah yang nyata dan harus bisa dipecahkan.

Untuk itu Jakarta sangat membutuhkan hadirnya pemimpin yang bukan hanya punya visi, tetapi keberanian untuk melaksanakannya. Dalam sistem demokrasi memang pemimpin tidak bisa menggunakan tangan besi dan untuk itulah kemampuan negosiasi untuk meyakinkan semua pihak akan arah pembangunan yang hendak dicapai sangat diperlukan. Konsep pembangunan yang realistis haruslah dimiliki para calon Gubernur DKI Jakarta. Masyarakat tidak membutuhkan konsep yang muluk-muluk, tetapi konsep yang realitis untuk bisa dilaksanakan dengan target waktu pencapaian yang jelas.

Dalam periode waktu yang tersisa, masyarakat bisa melihat rekam jejak serta konsep yang ditawarkan para calon pemimpin Jakarta. Kita, masyarakat, harus juga mau belajar berpikir rasional. Kita harus menemukan pemimpin yang memang mumpuni untuk membawa Jakarta ke arah kemajuan. Sekarang yang harus dilakukan para kandidat adalah mengadu konsep pembangunan yang akan dilakukan. Berilah kesempata kepada masyarakat untuk bisa mengenal calon pemimpin, baik dari sosok maupun konsep yang akan ditawarkan.

Kita harus mengajarkan masyarakat untuk berpikir rasional. Jangan biarkan masyarakat terus terjebak dalam cara pandang yang pragmatis, apalagi pragmatis karena politik uang. Kita bukan sedang hanya asal membangun demokrasi, tetapi demokrasi yang bekerja dan demokrasi yang bisa menyejahterakan rakyatnya. Sudah tidak zamannya lagi kita mengajari masyarakat untuk berpikiran sempit. Sikap yang hanya mementingkan sosok, apalagi yang sekadar mengutamakan kedaerahan. Kita semua adalah warganegara Indonesia yang punya tanggung jawab memajukan bangsa dan negara ini. Di mana pun kita berada, sepanjang ia punya kemampuan, komitmen, konsep, dan integritas, maka kita harus beri kesempatan mereka memajukan daerahnya.

Betapa indahnya Indonesia apabila orang Aceh yang sudah lama tinggal di Papua menjadi Gubernur di daerah itu. Atau orang Papua yang merantau ke Kalimantan memajukan daerah tempatnya dia tinggal sekarang. Orang Kalimantan yang menjadi Gubernur di Sumatera. Kita memang harus membangun Indonesia dan itu dimulai dengan membangun daerah-daerah.

sumber: http://www.metrotvnews.com/read/tajuk/2012/05/11/1132/DKI-Bersiap-Memilih-Pemimpin/tajuk


**saya memang bukan warga Jakarta asli, tapi cukup antusias mengikuti pemberitaan mengenai pilkada Cagub Jakarta. Ya, Jakarta memang ‘anak emas’ Indonesia, hampir seluruh jiwa negara ada disana, bukan hanya sebagai jantung pemerintahan tapi juga jantung perekonomian. Sayang selama ini terlalu banyak pihak yang ingin campur tangan dalam mengelolanya. Hal inilah yang justru menjadi masalah. Setiap orang menginginkan untuk mengambil manfaat disana. Regulasi yang berlaku tidak lagi mereka pedulikan. Politisi, konglomerat, pelaku usaha, investor, hingga pelaku kriminal, mereka berlomba mencari makan di Jakarta. Kasihan Jakarta, di eksploitasi dan dirusak fisik dan nama baiknya. Semoga Cagub yang akan terpilih nanti mampu mengurangi dan menyelesaikan permasalahan yan ada dengan segala kampanye mereka saat ini. “Kamai tidak butuh janji Pak, Kami butuh bukti!”

Link Post saya yang juga berhubungan dengan kota Jakarta: “Jakarta Ku Tak Seperti Dulu” http://debbyrahmi.blogspot.com/2012/02/jakarta-ku-tak-seperti-dulu.html ; Pemindahan Ibu Kota Sekedar Wacanakah? http://debbyrahmi.blogspot.com/2010/12/pemindahan-ibukota-sekedar-wacanakah.html

Komentar

Postingan Populer