Hafalan Shalat Delisa
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang tinggal di Lhok Nga, Daerah Istimewa Aceh. Sebagai seorang yang beragama Islam, wajib baginya untuk menghafal bacaan shalat dengan baik dan memahami maknanya. Delisa beruntung karena ia mempelajarinya sejak taman kanak-kanak. Ia diajarkan bahwa setiap orang harus menghafal bacaan shalat dengan baik jika ingin shalatnya sempurna dan diterima oleh Allah SWT.
Seperti anak-anak pada umumnya melakukan sesuatu akan menjadi lebih bersemangat jika ia dijanjikan sesuatu yang ia senangi. Sama seperti Delisa, ia dijanjikan sebuah kalung emas yang indah bertuliskan huruf D yang berarti Delisa, inisial namanya. Kalung inilah yang membuatnya bersemangat menghafalkan bacaan demi bacaan dalam setiap gerakan shalat.
Tiba saatnya penilaian bacaan shalat di sekolahnya. Acara ini merupakan acara besar tahunan disekolahnya. Acara ini mengapresiasi semua anak yang berhasil lulus dalam menghafal bacaan shalat. Delisa menjadi salah satu peserta penilaian. Sehari sebelum penilaian Delisa senang sekali karena ia berhasil menghafal dengan lancar seluruh bcaan dalam gerakan shalat tanpa terbata-bata. Ia sempat ragu ketika melihat temannya yang terbata-bata didepan, dan ternyata dinyatakan tidak lulus oleh sang guru.
Allahu-akbar, kemudian Delisa mulai membaca doa iftitah. Tenang sekali suasana di sekitar Pantai Lhok Nga pagi itu. Namun ketika Delisa membaca “Inna sha la ti wa nu su ki ….” tiba-tiba getaran kekuatan yang sangat keras mengguncang. Banda Aceh dan Nias runtuh. Ketika Delisa membaca wa-ma-ma-ti lantai sekolah bergetar, tembok mulai runtuh, tangan Delisa-pun tersayat potongan reruntuhan. semua orang berteriak “GEMPA GEMPA!”, dan orang-orang berhamburan mencari tempat yang aman.
Subhanallah, Delisa tidak gentar saat itu, ia tetap melanjutkan bacaan Shalatnya karena ia ingat pesan Ustadz “Sahabat Rasul tidak bergerak ketika punggungnya digigit kalajengking, bahkan ada juga yang tidak bergerak ketika teman disebelahnya dipancung saat shalat.” Delisa sangat ingin shalatnya sempurna saat itu. Ternyata Allah berkehendak lain, Delisa hanyut tersapu tsunami terbentur berbagai pohon dan tebing yang juga terseret ombak.
Subhanallah lagi, Allah masih menyayanginya, ia masih hidup walaupun ditengah reruntuhan selama 6 hari. Allah masih mengizinkannya menyelesaikan shalatnya yang sempurna sebelum menghadap-Nya.
Seperti anak-anak pada umumnya melakukan sesuatu akan menjadi lebih bersemangat jika ia dijanjikan sesuatu yang ia senangi. Sama seperti Delisa, ia dijanjikan sebuah kalung emas yang indah bertuliskan huruf D yang berarti Delisa, inisial namanya. Kalung inilah yang membuatnya bersemangat menghafalkan bacaan demi bacaan dalam setiap gerakan shalat.
Tiba saatnya penilaian bacaan shalat di sekolahnya. Acara ini merupakan acara besar tahunan disekolahnya. Acara ini mengapresiasi semua anak yang berhasil lulus dalam menghafal bacaan shalat. Delisa menjadi salah satu peserta penilaian. Sehari sebelum penilaian Delisa senang sekali karena ia berhasil menghafal dengan lancar seluruh bcaan dalam gerakan shalat tanpa terbata-bata. Ia sempat ragu ketika melihat temannya yang terbata-bata didepan, dan ternyata dinyatakan tidak lulus oleh sang guru.
Allahu-akbar, kemudian Delisa mulai membaca doa iftitah. Tenang sekali suasana di sekitar Pantai Lhok Nga pagi itu. Namun ketika Delisa membaca “Inna sha la ti wa nu su ki ….” tiba-tiba getaran kekuatan yang sangat keras mengguncang. Banda Aceh dan Nias runtuh. Ketika Delisa membaca wa-ma-ma-ti lantai sekolah bergetar, tembok mulai runtuh, tangan Delisa-pun tersayat potongan reruntuhan. semua orang berteriak “GEMPA GEMPA!”, dan orang-orang berhamburan mencari tempat yang aman.
Subhanallah, Delisa tidak gentar saat itu, ia tetap melanjutkan bacaan Shalatnya karena ia ingat pesan Ustadz “Sahabat Rasul tidak bergerak ketika punggungnya digigit kalajengking, bahkan ada juga yang tidak bergerak ketika teman disebelahnya dipancung saat shalat.” Delisa sangat ingin shalatnya sempurna saat itu. Ternyata Allah berkehendak lain, Delisa hanyut tersapu tsunami terbentur berbagai pohon dan tebing yang juga terseret ombak.
Subhanallah lagi, Allah masih menyayanginya, ia masih hidup walaupun ditengah reruntuhan selama 6 hari. Allah masih mengizinkannya menyelesaikan shalatnya yang sempurna sebelum menghadap-Nya.
Buku ini memberi banyak sekali pelajaran. Saya mendapat rekomendasi dari seorang teman, Alvian. Belum pernah saya membaca buku bahkan menonton film hingga menangis sehebat ini. Saya membaca inti ceritanya ketika tengah malam, mungkin ini yang membuat saya juga terhanyut dalam suasana sunyi dikamar. Tapi buku ini memang sangat inspiratif! Sangat bagus untuk mengingatkan kita kembali pada kematian, perbuatan dosa yang pernah kita lakukan, hikmah dari kita berbuat baik pada orang lain, hikmah dari sebuah kesabaran, dan makna dari setiap keikhlasan..
Buku ini sangat mudah dimengerti, bahasanya yang sederhana dan membuat kita seperti menonton film dokumenter. Dari setiap adegan, terdapat renungan mendalam yang dihubungkan dengan ayat Al-Qur’an kehidupan manusia sehari-harinya.Beberapa kalimat yang hendak saya kutip adalah:
Malaikat Atid- sang pencatat keburukan, membuka buku raksasanya, dan mengeluarkan penghapus raksasanya. Butuh 12 hari untuk menghapus dosa itu. dua belas hari waktu dilangit setara dengan 12ribu tahun dimuka bumi. (Astaghfirullah, berapa juta abad waktu untuk menghapus dosa kita yang sudah setinggi gunung?)Akan sulit melakukan sesuatu jika kita melakukannya bukan sesuatu hal yang lebih hakiki, mulia. Lakukanlah semua karena Allah. Jika seseorang melakukan karena berharap imbalan, pujian, maupun hadiah, Allah akan menutup pintu kebaikan baginya rapat-rapat.
Maha suci Engkau, ya Allah! Yang selalu menepati janji. Cukuplah kami percaya pada satu janji-Mu. Maka kehidupan didunia ini akan terasa lebih indah.. Semua akan terasa jauh lebih indah, Yakinlah!
Komentar