Kampung Kubang, Kabupaten Garut (part 1)

Rabu, 9 Januari 2013.
R: Deb mau ikut ke rumah nenek roby weekend ini di Garut?
D: Wooh Garut! belum pernaah, seru kayaknya. kapan berangkat? Siapa aja?
R: Jumat pagi.
D: Yaah gabisaaa. masih ngantor. huhuu :(
Beberapa kali hampir batal perjalanan ini karena beberapa alasan, tetapi akhirnya di Sabtu pagi jam 4.45.

D: Rob, ketemu dimana jamberapa?
R: Oke jam 5.57 di Stasiun Bandung berangkat keretanya. (Ternyata mereka bingung karena semalaman saya belum mengkonfirmasi bahwa saya jadi ikut, dan hp kebetulan off )

Wohh, belum packing, belum mandi, dan gak yakin sudah ada angkot atau belum. Oke modal kebut dan akhirnya berangkat. Jam 05.40 masih janjian untuk berangkat bersama dengan 7 teman lainnya di Cikapayang. (17 menit lagi belum ada yang tiba di Stasiun, dan belum beli tiket loh). Kamipun tiba di stasiun Bandung Pkl 05.53 yang berarti kurang 4 menit dari waktu keberangkatan.

Keretapun berangkat Pkl. 06.15 setelah sebelumnya terlambat datang dari arah Padalarang. Ini adalah kali pertama saya mencoba kereta kelas ekonomi (baik dalam kota maupun antar kota). Harga tiketnya Rp.1.500 (harga ini baru naik di awal tahun 2013 ini, sebelumnya Rp. 1000 loh, Murah banget ya?). Suasana cukup berdesakan saat itu, tapi akhirnya kami dapat duduk dengan cukup nyaman dan berdekatan. Kereta kamipun tiba di Stasiun Cicalengka Kabupaten Bandung Pkl. 07.15 dan langsung bergegas sarapan sembari menunggu 1 teman lainnya yang menyusul dengan kereta berikutnya.

Pukul 08.30 kami siap berangkat menuju Desa Sindangwangi dengan menumpang mobil Colt terbuka dan membayar Rp 5.000 perorangnya (Ini juga merupakan kali pertama saya loh). Suasana pagi dan udara pegunungan sangat dingin saat itu, dan saya tidak membawa jaket lebih selain untuk tidur. Sekitar 30 menit menumpang di Colt terbuka ternyata membuat perut terasa cukup kembung walaupun sudah sarapan. Namun walaupun angin sangat kencang tapi kami sangat menikmati pemandangan pegunungan, sawah, dan pemandangan lainnya yang indah.

Jam menunjukkan Pukul 09.00 saat kami tiba di Desa Sindangwangi. Setelah sampai di Desa Sindangwangi kami harus melanjutkan perjalanan untuk sampai ke tujuan dengan berjalan sejauh +/- 6 km dengan waktu sekitar 1,5 jam (kami semua diberitahu oleh Roby sebelumnya). Tidak ada yang membayangkan sebelumnya bahwa track yang kami lalui adalah pegunungan yang berbatu. Oke kami siap melanjutkan perjalanan karena kami pernah melewati hal yang sama dengan track yang lebih "menanjak". Lima menit perjalanan seorang teman menceletuk "Rob, ini kita gak naik ojek aja?", Roby menggeleng. Sepuluh menit berikutnya sayapun menyusul dengan seruan "Rob! ituu ada angkoot! Kita bisa naik sampai kesana kan?". Roby menjawab "Nggak bisaa, jalanannya lagi longsor karena hujan, Nggakbisa mobil lewat." Oke sekarang semua kembali melanjutkan obrolan iseng lainnya agar perjalanan yang (mungkin) masih panjang tidak terasa. Kami melewati bangunan yang pernah dijadikan sebagai kandang sapi, kemudian melewati padang rumput berbukit yang sangaat indah.

Gunung Masigit Kareumbi
Tidak terasa telah 45 menit berlalu dan kami tiba dipuncak suatu bukit dan menemukan sebuah Peta Petunjuk jalan, yang bertuliskan "Kawasan Konservasi: Gunung Masigit Kareumbi". Kamipun segera mencermati peta lokasi kami berada dan ternyata Oh! ini baru sepertiga perjalanan tapi perbekalan minum kami hampir habis dan sudah mulai lelah. "Rob aaah masih jauh ini! duapertiga kalinya lagii! mana katanya cuma 6 km? 1,5 jam? ini sudah 45 menit baru sepertiga perjalanan". Roby pun membela diri "Kan tadi kita kebanyakan istirahat, foto-foto jadi lama deeh." Suara lain menceletuk "Ah PHP lu Rob! bohongin kita ya?" (dengan nada bercanda).

Perjalananpun berlanjut, dengan mulai terseok-seok, sandal putus, dan kehilangan topik pembicaraan sementara karena lelah. "Rob, kok nggak ada rumah sih satupun di sepanjang mata memandang? Apa kita nyasar? Apa sengaja lo sasarin?" celoteh saya yang super kelelahan. "Nggaak, dikit lagi kook." jawab Roby. "Aaah udahlah gausah nanya masih jauh apa nggak terus ke Roby, itu pertanyaan tabu, kalopun dijawab kita gatau bener apa nggak" seru Yunus. "Hahaha" semua tertawa.


30 menit kemudian.. "Wah! ada rumah liaat!", "Itu pasti rumah nenek lo kan Rob yang ungu?" tanya kami. "Bukaan masih disana lagi, dikit kok" jawaban Roby yang kembali mengecewakan kami. 1 Km kemudian "Roob, capek aah istirahat duduk. Lagian Ophi, Edwin, Yovan masih dibelakang jauh gak keliatan". Saya benar-benar ingin menyerah saat itu sakit sekali rasanya punggung ini membawa ransel sejauh 6 km (lebih sih kayaknya yakin! Jauh banget broo). "Tenang-tenang sekarang jaraknya tinggal ibarat dari Gedung Plano ke CC lah" bela Roby menenangkan. "Awas lo kalo boong!" seru Yunus. Setelah 300m, "Rob, kayaknya udah sampe kelilingan galeri CC berapa kali belom sampe nih!" seru Yunus (lagi). "Tenang, kalo yang ini beneran dari Plano ke Bang Ed". Daaan akhirnya sampailah kita dirumah bercat putih dan memiliki dua kolam ikan besar (yang Roby janjikan untuk kami bisa memancing disana).

Alhamdulilah kami tiba di rumah Nini Roby pkl 12.30. Ternyata 3 jam perjalanan, bukan 1,5 jam di perbukitan berbatu. (Udah bisa dianggap kuat manjat gunung beneran gak ya?)

.....to be continue....






Komentar

Katerina mengatakan…
Sama, saya juga pernah lewat sana saat hendak ke Masigit Kareumbi. Jauh dan melelahkan. Naik bus pula di tempat seperti itu :D

Postingan Populer