Siapa Anak Termiskin Didunia?
Ini kisah nyata. Saya ambil dari buku yang sama dari postingan sebelumnya.
Ada seorang anak yang kakaknya sudah berhenti bekerja, ibunya sakit-sakitan dan ayahnya sudah lama meninggal dunia karena sakit batu ginjal yang parah, namun sang anak masih memiliki nenek yang masih kuat membantu rumah tangga mereka. Selain karena cintanya yang begitu dalam, nenek juga memiliki keahlian keahlian membuat brownies kukus untuk membantu mencari makanan bagi keluarga kecil itu.
Sang kakak sudah tidak lagi memiliki pekerjaan karena tempat ia bekerja dulu telah digusur. Brownies buatan nenekpun penjualannya semakin menurun. Selain karena brownies bukan makanan pokok warga desa, semakin bertambahnya jumlah pesaing, perjalanan panjang yang harus ditempuh untuk memasarkan brownies ke kota membuat keadaan semakin sulit. Listrik diputus, sehingga semua pekerjaaan harus mereka lakukan pada siang hari.
"Terkadang kami harus makan brownies kukus buatan nenek yang tidak laku terjual selama berhari-hari. Pada saat kami tidak punya apa-apa itulah, kami sekeluarga berpelukan dan merasakan bahwa kami adalah orang termiskin di Indonesia."
Sampai suatu hari. "Kak, kakak.. aku disuruh guruku membawa barang apa saja yang dapat diberikan kepada orang miskin untuk bakti sosial besok." Kata sang adik dengan wajah berbinar-binar. Ia mendampingi kakaknya yang sambil membersihkan kutu beras raskin pada beras yang baru mereka beli pagi tadi, setelah menjual sepatu adiknya.
"Dik, dik.. kamu ini lucu ya, apa kamu enggak merasa bahwa kita juga orang miskin? Apa yang mau kita sumbangkan untuk acara itu, malah seharusnya kita yang diberi sumbangan." jawab kakak dengan tenang sambil meneteskan airmata dipipinya.
Tiba-tiba nenek datang dan menjawab dengan lembut, "Dik, ini ambillah barang yang kita punya, satu buah payung, dua buah gelas plastik, satu brownies nenek dan lima bungkus kopi. Janganlah kita merasa terlalu miskin, sehingga tidak mau bersedekah kepada orang miskin disekitar kita. Sampai saat inipun kita tidak tahu siapa yang lebih miskin dari kita. Namun, selama kita massih memiliki sesuatu yang dapat diberikan, maka jangan ragu untuk bersedekah."
Copied from Aku Cinta Padanya, Bunda. written by Fifi P Jubilea
Komentar